Lika-Liku Ospek

Selamat datang (foto diambil dari yulisyahdaulay.blogspot.com)

Selamat datang (foto diambil dari yulisyahdaulay.blogspot.com)

Masa penerimaan mahasiswa baru di berbagai perguruan tinggi di Indonesia telah usai, ratusan ribu, bahkan mungkin jutaan mahasiswa baru tercatat di berbagai perguruan tinggi. Perjalanan mahasiswa baru tersebut barulah dimulai, mereka masih harus berjuang untuk menyelesaikan studi mereka dalam waktu yang sudah ditentukan oleh masing-masing universitas. 4 tahun adalah waktu normal bagi mahasiswa strata-1, 3 tahun bagi mahasiswa diploma-3, dan 1 tahun bagi mahasiswa diploma-1.

Namun, sebelum mereka benar-benar menapakkan kaki di universitas, ada satu event yang harus dihadapi oleh mahasiswa baru. Sebuah event yang sering menjadi momok bagi mahasiswa baru, terutama di Indonesia. OSPEK. Ya, event ini adalah event yang ditujukan agar mahasiswa lebih mengenali kampus mereka lebih dekat dan lebih baik. Bahkan, beberapa kampus mewajibkan mahasiswa mereka untuk mengikuti ospek dan menjadikan ospek sebagai salah satu syarat kelulusan kuliah. Dengan syarat tersebut, mau tidak mau mahasiswa baru harus mengikuti ospek tanpa terkecuali.

Sebenarnya kegiatan-kegiatan yang ada di dalam ospek bisa dikatakan cukup membantu mahasiswa baru untuk lebih mengenal kampus mereka, baik itu lokasi, karyawan, atau bahkan tetang apa saja yang dilakukan kampus untuk mendukung mahasiswa agar bisa terus berprestasi. Tak hanya itu, ospek juga menjadi ajang untuk mencari teman sebanyak-banyaknya. Hal ini menjadi penting karena di era modern seperti sekarang, koneksi pertemanan bisa menjadi cara yang ampuh untuk menjaring berbagai informasi penting yang ada, bisa saja itu terkait informasi pekerjaan atau juga bisa menjadi ajang untuk bersosialisasi di masa yang akan datang. Tetapi, lepas dari hal-hal tersebut, ospek juga menyimpan cukup banyak sisi negatif dalam pelaksanaannya.

Sudah bukan rahasia umum jika senioritas menjadi salah satu hal yang ditonjolkan dalam ospek. Sebagian besar dari universitas yang ada di Indonesia masih menerapkan unsur ini dalam ospek yang mereka adakan. Senioritas selalu memberikan dua hal berbeda bak mata uang yang selalu ada unsur berkebalikan. Sayangnya, di negeri ini nilai positif jarang dirasakan oleh mahasiswa baru dan justru nilai negatif yang selalu tampak dalam hal ini. Senior atau sebut saja mahasiswa-yang-lebih-dulu-masuk-ke-kampus-tapi-belum-tentu-lebih-baik-dari-yang-baru-masuk ini sering bersikap yang tidak menunjukkan bahwa dia adalah mahasiswa yang lebih dewasa. Kecenderungan yang sering terjadi adalah senior senang menindas mahasiswa baru, bersikap sok berkuasa, apa yang dikatakan adalah sebuah perintah. Seperti aturan konyol yang selama ini berlaku, “senior tidak pernah salah.”

Senior's Time (foto diambil dari bimagtresna.wordpress.com)

Senior’s Time (foto diambil dari bimagtresna.wordpress.com)

Paradigma seperti inilah yang membuat ospek serasa mencekam, mahasiswa baru akan selalu merasa tidak aman ketika mengikuti ospek, salah sedikit saja bisa jadi bulan-bulanan senior. Perasaan selalu khawatir dan tidak tenang inilah yang justru membuat mahasiswa baru tidak benar-benar menyerap esensi dari ospek. Pikiran yang seharusnya dipersiapkan untuk menerima materi menarik dari para pemateri, justru berubah menjadi rasa tidak tenang akan kehadiran senior. Dan percaya atau tidak, energi negatif dari senioritas ini selalu terasa di setiap event ospek.

Tak hanya perihal senioritas yang muncul dalam ospek, aspek yang tak kalah menonjol dalam ospek adalah tentang mempermalukan mahasiswa baru. Hal umum yang sering terlihat dalam kegiatan ospek adalah penggunaan atribut-atribut aneh dan konyol selama pelaksanaan ospek. Entah apa motif di balik penggunaan atribut yang aneh tersebut. Namun, secara kasat mata hal tersebut seperti mempermalukan mahasiswa baru di depan umum. Bagaimana tidak, sering kali ditemui mahasiswa baru yang mengikuti ospek memakai tas dari karung tepung terigu, memakai topi yang terbuat dari bola plastik atau kertas, belum lagi aksesoris konyol lainnya. Bagi mahasiswi, terkadang lebih memalukan, mereka diwajibkan mengikat rambut mereka sesuai dengan tanggal lahir mereka.

Mahasiswa baru dengan seragam mereka (foto diambil dari bytescode.wordpress.com)

Mahasiswa baru dengan seragam mereka (foto diambil dari bytescode.wordpress.com)

Apa tujuan mewarnai wajah? (foto diambil dari bytescode.wordpress.com)

Apa tujuan mewarnai wajah? (foto diambil dari bytescode.wordpress.com)

ospek 4

Atribut-atribut tersebut sebenarnya sangat tidak berpengaruh pada kemampuan dari mahasiswa baru, tak juga meningkatkan konsentrasi saat mengikuti ospek. Atribut-atribut tersebut justru membuat peserta ospek malu, rendah diri. Bagaimana tidak, para mahasiswa baru tampak seperti badut yang siap mengikuti pagelaran sirkus padahal mereka adalah insan-insan yang dipersiapkan untuk membangun negeri ini di masa depan. Jika berpakaian rapi dan sopan masih bisa dilakukan, mengapa harus menggunakan atribut-atribut nyleneh yang konyol? Mungkin alasan agar mental mereka terbentuk menjadi orang yang tidak malu yang menjadi tujuan dari panitia ospek, tapi mungkin saja memang ingin membuat peserta ospek menjadi tak tahu malu dan mungkin juga memang supaya mereka dipermalukan di depan umum. Jika opsi terakhir yang menjadi tujuan, jangan harap jika negeri ini akan maju karena para pemudanya kelak akan memiliki sifat rendah diri akibat perilaku ini.

Ospek juga sering kali justru memberatkan mahasiswa baru. Tugas yang diberikan dari panitia ospek sering kali tidak masuk akal, baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Terkadang mahasiswa baru harus mengerjakan tugas yang sangat banyak dalam waktu yang singkat dan terkadang tugas tersebut bukanlah tugas yang nantinya akan berhubungan dengan dunia yang akan mereka geluti. Pembenaran atas hal ini adalah agar mahasiswa baru nantinya tidak kaget dengan jumlah tugas yang diberikan saat kuliah dan mungkin nanti saat bekerja. Ya, memang ada benarnya, tapi tanpa perlu hal tersebut, mahasiswa baru akan dengan sendirinya beradaptasi dengan load kerja yang tinggi saat menapaki bangku perkuliahan. Pemberian tugas yang menumpuk pada saat ospek hanya akan membebani fisik dan pikiran dari mahasiswa baru yang hasilnya akan jauh dari target yang ingin dicapai oleh panitia. Dan jika tidak sesuai dengan target apa yang terjadi? Mahasiswa baru dihukum, lagi-lagi harus berhadapan dengan senior yang sok bengis.

Senior wanita pun berlagak bengis saat ospek (foto diambil dari bytescode.wordpress.com)

Senior wanita pun berlagak bengis saat ospek (foto diambil dari bytescode.wordpress.com)

Hal-hal negatif terkait ospek mungkin tidak hanya itu, tapi mungkin hal-hal yang sudah disebutkan di atas menjadi hal-hal yang umum terjadi dalam dunia ospek Indonesia. Miris. Ospek yang seharusnya menjadi pintu gerbang mahasiswa dalam menapaki dunia perkuliahan justru berubah menjadi ajang pamer kuasa dari segelintir pihak. Padahal sebenarnya ospek bisa menjadi acara yang sangat menyenangkan bagi mahasiswa baru. Tak ada senioritas, tak ada yang namanya mempermalukan diri, dan juga tak perlu tugas menumpuk di setiap hari.

Senioritas hanyalah omong kosong, yang ada seharusnya yang lebih tua mengayomi yang lebih muda dan yang lebih muda menghormati yang lebih tua. Bahkan jika ingin berkaca, bisa simak kutipan hadist berikut:

“Barangsiapa yang tidak menyayangi orang yang lebih muda di antara kami dan tidak mengerti hak orang yang lebih tua maka dia bukan termasuk golongan kami.” (HR. Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad, dinilai sahih al-Albani dalam Shahih at-Targhib. Lihat Shahih al-Adab al-Mufrad, hal. 142)

Dalam ospek, senior harusnya bisa menjadi fasilitator terbaik bagi mahasiswa baru untuk mengenal kampus, bukan justru menjadi penghambat mahasiswa baru untuk mengenal kampus. Bahkan, jika senior bisa berlaku baik pada mahasiswa baru, ikatan antar senior dan junior akan terjalin sangat baik. Ingat bahwa kebaikan akan selalu berbalas kebaikan.

Tak perlu juga rasanya menggunakan atribut-atribut aneh selama ospek berlangsung. Mahasiswa baru juga manusia yang punya hati, yang juga ingin dimanusiakan, bukan dibadutkan dan dipermalukan. Saya yakin bahwa para senior dan panitia ospek pun ingin diperlakukan sopan dan dimanusiakan tanpa dipermalukan di depan orang banyak. Maka dari itu, kenakan saja pakaian yang sopan dan atribut yang sewajarnya. Ada ungkapan jawa yang berkata, “Ajining diri dumunung aneng lathi, ajining raga ana ing busana” yang artinya kurang lebih adalah “kepribadian yang murni ada dalam ucapan/kata, penampilan mencerminkan kepribadian.” Jadi dengan kata lain apa yang dikenakan menjadi wujud dari kepribadian dari seseorang, makin terlihat sopan, makin terlihat pula bahwa manusia memiliki wibawa.

Dan hal terakhir yaitu terkait dengan load tugas yang berlebihan. Sebaiknya hal ini dikurangi, cukuplah tugas-tugas ringan yang nantinya bisa sangat membantu bagi mahasiswa baru dalam menapaki dunia perkuliahan. Tak perlu tugas-tugas aneh dan tak berbobot dalam jumlah banyak dibebankan kepada mahasiswa baru.

Perlu diingat bahwa ospek tak pernah berlangsung lama, 3 – 7 hari adalah batasan normal dari pelaksanaan ospek. Dalam waktu yang teramat singkat tersebut, mustahil seseorang bisa berubah 180 derajat dari yang tidak disiplin menjadi sangat disiplin, dari yang tidak tahan banting menjadi tahan banting, dari yang pemalu menjadi pemberani. Hal tersebut sangat mustahil. Manusia perlu proses panjang untuk membentuk kepribadian. Cara instant terbukti tak pernah berhasil membentuk karakter manusia. Maka dari itu, fokuskan saja ospek pada kegiatan pengenalan kampus, bukan pada pembentukan karakter mahasiswa baru.

Terkait dengan apa yang sudah saya jelaskan, selalu akan ada pro dan kontra dalam ospek. Sebagian lainnya beranggapan bahwa ospek itu perlu dan penting, sedangkan sebagian lainnya menolak secara tegas akan adanya ospek. Semua itu sah-sah saja, tergantung bagaimana setiap individu menyikapinya.

Tabik.

9 thoughts on “Lika-Liku Ospek

  1. Good explanation tentang ospek 🙂 yang gak kalah ‘serem’ dg acara ospek ada MOS yang kita dapet waktu SMP dan SMA. Di sekolah tempat saya kerja, nggak ada yang namanya MOS. Yang ada mereka membuat sistem ‘buddy’ untuk setiap anak baru. Buddy ini tugasnya ngasih new student briefing school system dan school tour.

  2. Sebetulnya di Indonesia sendiri tidak semuanya seperti itu ada kampus yg melakukan MOS atau Ospeknya seperti di LN yang di namakan FRESHWEEK salah satu contonya di Politeknik Pajajaran Bandung bisa dilihat di sini on.fb.me/1nMz6E1

  3. haha, apa kabar ane yg kena ospek 2 kali ya haha. #maba2013 #maba2014 😀

  4. Sip…setuju banget sama postingan keren ini (Y)

  5. miris sekali kalo liat yang beginian. ini nuntut ilmu apa mau demo

Leave a reply to Poljan Cancel reply